Waspada Campak di Lumajang, 27 Kasus Ditemukan

0
Waspada Campak di Lumajang, 27 Kasus Ditemukan

Lumajang (mediacenterlumajang.com) – Dalam beberapa bulan terakhir, kasus campak di Kabupaten Lumajang menunjukkan tren peningkatan. Berdasarkan laporan resmi Dinas Kesehatan Lumajang, hingga pertengahan tahun 2025 (Triwulan 2), tercatat 27 kasus suspek campak atau terduga campak di wilayah ini.

Mayoritas penderita adalah anak-anak, dengan proporsi laki-laki 52% dan 26% di antaranya berusia di bawah dua tahun.

Data ini sangat memprihatinkan, mengingat hanya 44% dari kasus suspek yang tercatat memiliki status imunisasi campak lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan imunisasi rutin, khususnya imunisasi campak pada balita, masih perlu ditingkatkan. Bila tidak, risiko penularan penyakit ini bisa meningkat dan menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Distribusi Kasus Campak di Indonesia

Indonesia secara umum tengah menghadapi KLB (Kejadian Luar Biasa) campak di 46 wilayah, termasuk Lumajang. Untuk konteks nasional, pada 2025, Kementerian Kesehatan RI melaporkan lebih dari 23.000 kasus suspek dan lebih dari 3.400 kasus campak yang terkonfirmasi secara laboratorium di seluruh Indonesia.

Lumajang sendiri termasuk salah satu wilayah yang teridentifikasi terjadi lonjakan kasus campak hingga Agustus 2025, meski skalanya masih di bawah sepuluh kasus positif berdasarkan pelaporan terakhir.

Tingkat positivity rate campak secara nasional berada di 16,6%. Data di Lumajang mempertegas pentingnya deteksi dini dan respons cepat ketika terdapat penderita baru, terutama anak-anak yang belum imunisasi lengkap atau tidak terlindungi sama sekali.

Penyebab Kenaikan Kasus Campak

Salah satu faktor utama meningkatnya kasus campak adalah rendahnya cakupan imunisasi selama beberapa tahun terakhir, terutama akibat terhambatnya layanan kesehatan pada masa pandemi COVID-19. Akibatnya, sejumlah besar anak usia di bawah 2 tahun di Lumajang belum memiliki kekebalan penuh terhadap virus campak.

Penularan campak sangat cepat, terutama di lingkungan sekolah serta area padat penduduk. Virus ini menyebar melalui droplet pernapasan dan dapat bertahan di udara selama dua jam, sehingga meningkatkan risiko penularan massal bila ada satu kasus belum diidentifikasi.

Upaya Penanggulangan

Dinas Kesehatan Lumajang telah menggiatkan penyelidikan epidemiologi dan tracing kontak, serta melakukan edukasi pada masyarakat. Semua suspek campak disarankan untuk mendapatkan vitamin A, serta dipantau perkembangannya minimal 4 minggu pasca-munculnya ruam.

Selain itu, pelayanan imunisasi campak dan rubella (MR) terus digencarkan, termasuk program catch-up imunisasi untuk menjangkau anak-anak yang tertinggal imunisasinya.

Puskesmas dan fasilitas kesehatan di seluruh kecamatan diminta lebih aktif melakukan sosialisasi dan membuka pos imunisasi rutin, mengingat hanya sekitar 44% anak suspek campak yang telah mendapat imunisasi lengkap.

Kesimpulan

Tren kasus campak di Lumajang tahun 2025 masih relatif terkendali namun menunjukkan adanya tantangan besar di bidang cakupan imunisasi balita.

Sebanyak 27 suspek campak tercatat hingga pertengahan tahun, didominasi anak laki-laki di bawah dua tahun dan sebagian besar belum imunisasi lengkap.

Upaya penanggulangan saat ini meliputi tracing, edukasi kesehatan, serta peningkatan cakupan imunisasi rutin dan catch-up di seluruh kecamatan Lumajang. Kolaborasi masyarakat dan tenaga kesehatan menjadi kunci untuk menekan laju penularan campak ke depannya. (may)

Baca juga: Campak pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Pencegahan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *