Sinopsis Film Pembantaian Dukun Santet 1998, Kisah Nyata Sejarah Mengerikan

Lumajang (mediacenterlumajang.com) – “Pembantaian Dukun Santet” adalah film horor Indonesia terbaru yang diangkat dari peristiwa nyata paling kelam dalam sejarah Banyuwangi, Jawa Timur, pada tahun 1998. Film ini digarap oleh Azhar Kinoi Lubis dan diproduksi oleh Pichouse Films serta MD Pictures, dengan naskah yang dikembangkan dari thread viral karya Jeropoint di media sosial pada 2023.
Latar Belakang Sejarah Pembantaian Dukun Santet 1998
Film ini berlatar era 1990-an, tepatnya saat terjadi tragedi pembantaian massal terhadap ratusan orang yang dituduh sebagai dukun santet di Banyuwangi dan beberapa wilayah Jawa Timur. Peristiwa nyata yang dikenal sebagai “Geger Santet Banyuwangi” ini berlangsung antara Februari hingga September 1998, di tengah krisis ekonomi dan politik nasional. Data Komnas HAM dan berbagai sumber menyebutkan korban tewas mencapai 250 hingga 300 orang, banyak di antaranya bukanlah dukun santet, melainkan guru ngaji, tokoh masyarakat, hingga santri.
Alur Cerita Film
Cerita berfokus pada Satrio (diperankan Kevin Ardilova), seorang santri yang menimba ilmu di sebuah pesantren Jawa. Awalnya, kehidupan di pesantren berjalan damai. Namun, situasi berubah mencekam saat teror misterius mulai menghantui. Guru-guru dan para santri satu per satu menjadi korban pembunuhan keji oleh sekelompok orang bertopeng hitam yang diyakini memburu mereka yang dituduh dukun santet. Ironisnya, korban bukan hanya mereka yang dicurigai, tapi juga orang-orang tak bersalah yang tak sempat membela diri.
Ketegangan memuncak ketika pemilik pesantren tiba-tiba menghilang di tengah kekacauan. Para guru dan santri dihadapkan pada dilema: bertahan di pesantren atau pulang demi keselamatan. Satrio sendiri dihantui kecemasan akan keselamatan kedua orang tuanya di rumah, sementara ia berusaha mengungkap siapa dalang di balik teror berdarah ini. Dalam penelusurannya, Satrio menemukan fakta kelam tentang keluarganya dan dendam seorang dukun santet yang ingin membalas perlakuan masyarakat.
Atmosfer Horor dan Visual
Film ini menonjolkan atmosfer horor supranatural dan visual yang mencekam. Poster film menggambarkan sosok tanpa kepala di tengah hutan berkabut, dikelilingi kaki yang tergantung, tengkorak, dan tulang belulang berserakan-semua menegaskan nuansa kematian yang kejam dan misteri gelap yang membayangi kisah nyata tersebut.
Kontroversi dan Dampak Sosial
“Pembantaian Dukun Santet” menuai kontroversi, terutama dari masyarakat Banyuwangi yang merasa nama daerah mereka tercoreng. Namun, film ini dianggap penting untuk mengingatkan publik pada sejarah kelam dan bahaya stigma serta fitnah yang bisa berujung tragedi kemanusiaan.
Film Pembantaian Dukun Santet 1998 bukan sekadar hiburan horor, melainkan refleksi atas peristiwa nyata yang menorehkan luka mendalam di masyarakat. Dengan mengangkat kisah Satrio dan tragedi Banyuwangi 1998, film ini mengajak penonton merenungi bahaya prasangka, fitnah, dan kekerasan massal yang pernah terjadi di Indonesia. (may)