Satumi, Jemaah Haji Tertua asal Lumajang, Berangkat ke Tanah Suci dari Kupas Pisang

0
Satumi, Jemaah Haji Tertua asal Lumajang, Berangkat ke Tanah Suci dari Kupas Pisang

Foto: Dok. Kominfo.

Lumajang (mediacenterlumajang.com) — Di tengah kesederhanaan hidupnya, Satumi (95), warga Desa Grati, Kecamatan Sumbersuko, membuktikan bahwa usia dan keterbatasan bukanlah penghalang untuk mewujudkan impian. Dengan penuh kesabaran dan tekad, ia berhasil mewujudkan cita-citanya menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, murni dari hasil jerih payahnya sendiri selama bertahun-tahun.

Bukan warisan, bukan bantuan. Tabungan demi tabungan ia kumpulkan sendiri sejak masih aktif bekerja. Mulai dari tanam sengon, ternak sapi hingga kupas pisang untuk keripik, semua dilakukan demi mendapatkan rejeki.

Di usianya yang hampir seabad, Satumi menjadi sosok inspiratif yang menggugah banyak hati.

“Saya hanya ingin naik haji sebelum mati. Alhamdulillah Allah kabulkan doa saya,” tuturnya haru.

Kisah luar biasa Satumi mendapat perhatian langsung dari Bupati Lumajang, Indah Amperawati (Bunda Indah), dan Wakil Bupati Yudha Adji Kusuma (Mas Yudha).

Keduanya datang ke kediaman Satumi pada Minggu (4/5) untuk memberikan doa restu serta apresiasi secara langsung sebelum keberangkatannya ke Tanah Suci.

“Ini bukan sekadar kisah keberangkatan haji, tetapi cermin dari kekuatan doa, tekad, dan kerja keras yang terus menyala bahkan di usia hampir satu abad,” ujar Bunda Indah dengan mata berkaca-kaca.

Kehadiran kepala daerah di rumah Satumi bukan hanya bentuk penghargaan, tapi juga simbol bahwa pemerintah hadir dalam setiap sisi kehidupan masyarakat — termasuk dalam mengangkat nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual yang menginspirasi.

Bunda Indah menyebut Satumi sebagai warga teladan yang mengajarkan makna dari menabung harapan, menjaga niat, dan tidak menyerah pada keadaan.

Sebagai calon jemaah haji tertua dari Lumajang tahun ini, perjuangan Satumi bukan hanya tentang perjalanan spiritual, melainkan juga lembaran nyata pendidikan karakter yang bisa menjadi pelajaran bagi generasi mana pun.

“Kita belajar bahwa mimpi bisa dicapai kapan pun, asal kita sabar dan konsisten. Kami doakan Ibu Satumi diberikan kelancaran dan kekuatan selama di Tanah Suci,” ungkap Mas Yudha.

Cerita Satumi adalah bukti bahwa mimpi tidak pernah mengenal kata terlambat. Dan di balik keriput dan langkah yang melambat, ada semangat yang tak pernah padam — semangat yang kini sedang bersiap menapaki jejak-jejak suci di tanah para nabi. (may)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

www.mediacenterlumajang.com