Meriahnya Pawai Ogoh-ogoh di Senduro

0
Meriahnya Pawai Ogoh-ogoh di Senduro

Lumajang (mediacenterlumajang.com) – Menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947, ribuan umat Hindu di Lumajang menggelar pawai Ogoh-ogoh di Jalan Raya Senduro pada Jumat (28/3/2025) malam. Tradisi tahunan ini menjadi magnet bagi warga yang antusias menyaksikan arak-arakan penuh warna dan budaya.

Pawai Ogoh-ogoh merupakan bagian dari Upacara Tawur Agung Kesanga, yang digelar malam sebelum Nyepi.

Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang jalan, menyaksikan puluhan Ogoh-ogoh yang diarak dengan iringan musik tradisional, serta atraksi memukau dari para peserta.

Kepala Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur, Budiono, mengungkapkan bahwa tahun ini terdapat 17 Ogoh-ogoh yang ikut serta dalam pawai. Ia menjelaskan bahwa pawai ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam.

“Pawai Ogoh-ogoh adalah bagian dari upacara Tawur Agung Kesanga, bertujuan untuk membersihkan diri dan lingkungan dari unsur-unsur negatif. Ogoh-ogoh sendiri melambangkan Si Butha Kala, makhluk yang mengganggu manusia. Arak-arakan ini menjadi simbol pengusiran roh jahat dan energi negatif,” jelasnya.

Setelah diarak mengelilingi rute sejauh 4 kilometer, belasan Ogoh-ogoh kemudian dibakar di Lapangan Pura Mandara Giri Semeru. Ketua Harian Pura Mandara Giri Semeru, Agung Wira Dharma, mengatakan bahwa pembakaran Ogoh-ogoh bukan sekadar ritual biasa.

“Pembakaran ini memiliki makna mendalam, yaitu harapan agar dunia kembali bersih dan terbebas dari segala gangguan makhluk halus serta roh jahat,” ujarnya.

Tak hanya umat Hindu yang berpartisipasi, pawai ini juga melibatkan umat Islam yang ikut meramaikan suasana.

Toleransi antarumat beragama terlihat begitu erat, bahkan pembuatan Ogoh-ogoh pun merupakan hasil karya bersama warga lintas agama. Ini menjadi bukti nyata bahwa di Kecamatan Senduro, keberagaman dijunjung tinggi dalam harmoni.

Kenyo, salah seorang pengunjung, mengaku sengaja datang untuk menyaksikan pawai yang menurutnya penuh dengan nuansa budaya lokal.

“Seru banget! Tariannya, musiknya, dan suasananya benar-benar kental dengan budaya. Rasanya seperti di Bali, tapi ini di Lumajang,” ujarnya dengan antusias dilansir dari portal berita Pemkab Lumajang.

Dengan berakhirnya pawai Ogoh-ogoh ini, diharapkan perayaan Nyepi bisa berlangsung dengan damai dan khidmat. Sehingga menciptakan keseimbangan serta ketentraman bagi seluruh masyarakat. (may)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

www.mediacenterlumajang.com