Mantan Pekerja Migran Sulap Desa Petahunan Jadi Desa Mandiri Berbasis Gotong Royong
Lumajang (mediacenterlumajang.com) – Sumarli, Kepala Desa Petahunan, Kecamatan Sumbersuko, Lumajang, membuktikan bahwa pengalaman pahit di negeri orang bisa menjadi inspirasi untuk membangun desa. Mantan pekerja migran di Malaysia ini menerapkan prinsip gotong royong dan inovasi sederhana untuk memberdayakan warganya.
“Semua program ini kami jalankan dengan prinsip gotong royong. Tidak ada perbedaan status sosial, semua warga dilibatkan,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (12/11/2025).
Berkat kegigihannya, sejumlah program strategis lahir dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), antara lain peternakan kambing, pembibitan sayur organik, dan wisata sungai.
Di peternakan kambing, warga belajar merawat hewan dan manajemen usaha, dengan keuntungan dibagi adil dan sebagian digunakan untuk program sosial desa.
“Awalnya banyak yang ragu, tapi sekarang warga mulai merasakan manfaatnya. Peternakan bukan hanya soal ekonomi, tapi juga membangun mental wirausaha,” kata Sumarli.
Lahan pembibitan sayur organik menjadi pusat kegiatan lain, di mana warga belajar menanam sayur tanpa pestisida dan memanfaatkan lahan tidur. Hasilnya dijual ke pasar desa dan kota terdekat, membuka peluang ekonomi baru sekaligus mendorong konsumsi sayur organik.
“Ini bukti bahwa inovasi sederhana bisa membawa perubahan besar. Semua warga bisa ikut merasakan manfaatnya,” ujar Sumila, ibu PKK desa.
Sungai yang dulu hanya untuk irigasi kini menjadi tempat wisata yang dikelola BUMDes. Warga dilibatkan sebagai pemandu wisata, penjaga keamanan, dan pelaku usaha kuliner.
“Wisata sungai ini membuktikan bahwa potensi alam desa bisa diubah menjadi sumber ekonomi yang nyata, dan semua warga bisa merasakannya,” kata Sumarli.
Sumarli percaya bahwa pembangunan desa adalah tanggung jawab seluruh warga.
“Kalau kepala desa bekerja, warga ikut semangat. Jika warga semangat, desa akan maju. Semangat itu menular,” ujarnya.
Setiap program diawali dengan diskusi warga, pembagian tugas adil, dan evaluasi bersama, melibatkan semua pihak dari anak-anak hingga lansia. Ia juga mendorong pendidikan dan keterampilan, seperti pelatihan kerajinan untuk ibu-ibu, komputer untuk anak-anak, dan kewirausahaan untuk pemuda.
“Perubahan harus dimulai dari keluarga. Anak-anak harus punya kemampuan, ibu-ibu harus produktif, pemuda harus kreatif,” tegasnya.
Berkat kepemimpinan berbasis pengabdian dan gotong royong, Petahunan kini menjadi contoh desa mandiri, produktif, dan kolaboratif.
“Dulu saya berjuang untuk keluarga. Sekarang saya berjuang untuk desa. Semua warga bisa ikut merasakan perubahan,” tandasnya.
