Jaran Kencak, Kesenian Kuda Menari yang Jadi Ikon Budaya Lumajang

Lumajang (mediacenterlumajang.com) – Kesenian Jaran Kencak menjadi salah satu warisan budaya yang paling membanggakan bagi masyarakat Lumajang, Jawa Timur. Seni pertunjukan ini menampilkan atraksi kuda berhias kostum warna-warni yang menari lincah diiringi musik gamelan, dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan adat hingga festival besar di wilayah tapal kuda Jawa Timur.
Asal Usul dan Sejarah Jaran Kencak
Jaran Kencak diperkirakan telah ada sejak tahun 1755, bermula dari kisah rombongan Ponorogo yang membawa kuda berhias zirah perang menuju Bali.
Ketika sampai di Lumajang, kuda-kuda tersebut memberontak, sehingga sebagian anggota rombongan memutuskan tinggal untuk menjinakkan kuda. Proses penjinakan ini kemudian berkembang menjadi hiburan rakyat yang dikenal sebagai Jaran Kencak.
Seiring waktu, kesenian ini mendapat pengaruh dari budaya Madura dan pertunjukan Reog Ponorogo, sehingga terbentuk dua jenis utama, yakni Jaran Kencak Pencak (dengan atraksi gerak pencak silat) dan Jaran Kencak Hias (lebih menonjolkan keindahan visual kuda berhias).
Ciri Khas Pertunjukan Jaran Kencak
Ada beberapa ciri khas dari pertunjukan jaran kencak di Lumajang, antara lain:
1. Atraksi Kuda Berhias
Kuda-kuda dalam pertunjukan Jaran Kencak dihias dengan kostum megah, lengkap dengan rumbai-rumbai, bulu merak, dan ornamen warna-warni. Penunggangnya juga memakai busana adat dan topeng unik yang dikenal sebagai celeng gembel.
2. Gerakan Lincah dan Atraktif
Kuda dan penunggang menampilkan gerakan melompat, berputar, hingga berjalan dengan dua kaki depan. Atraksi ini menjadi daya tarik utama dan menunjukkan keahlian serta keberanian penunggang.
Iringan Musik Tradisional
Musik pengiring terdiri dari dua jenis utama: gamelan Reyog (dengan nuansa Bali dan terompet khas Reyog Ponorogo) serta gamelan Saronen (bernuansa Madura). Musik yang menghentak dan ritmis menambah kemeriahan suasana pertunjukan.
Makna Spiritual dan Magis
Jaran Kencak dipercaya bukan sekadar hiburan, melainkan juga memiliki nilai spiritual. Kuda-kuda dianggap sebagai kendaraan leluhur yang diyakini membawa berkah dan perlindungan bagi masyarakat. Pertunjukan ini sering digelar dalam rangkaian acara adat, perayaan keagamaan, hingga hajatan keluarga seperti pernikahan dan khitanan.
Jaran Kencak kini telah menyebar ke 21 kecamatan di Lumajang, dengan pusat pertunjukan di kawasan utara seperti Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, dan Randuagung. Pada tahun 2013, Bupati Lumajang menetapkan Jaran Kencak sebagai ikon kesenian daerah, dan pada 2015 diresmikan sebagai warisan budaya tak benda Kabupaten Lumajang.
Bagi masyarakat Lumajang, Jaran Kencak adalah simbol keberanian, kekuatan, dan keindahan seni tradisi. Kesenian ini tidak hanya memperkaya khazanah budaya lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang terus dikembangkan untuk generasi mendatang. (may)