Cara Efektif Menghindari Risiko Penculikan Anak

0
Cara Efektif Menghindari Risiko Penculikan Anak

Lumajang (mediacenterlumajang.com) – Kasus penculikan yang dialami balita bernama Bilqis (4) di Kota Makassar menjadi peringatan keras bagi semua orang tua dan pengasuh.

Balqis dilaporkan hilang saat bermain di taman pada Minggu, 2 November 2025 dan akhirnya ditemukan di Provinsi Jambi setelah diculik dan dijual ke kelompok suku dengan harga mencapai Rp 80 juta.

Polisi menetapkan empat orang sebagai tersangka dalam kasus tersebut.

Berikut adalah beberapa langkah konkret yang bisa diterapkan orang tua atau pengasuh untuk menghindari risiko penculikan anak:

1. Tingkatkan pengawasan langsung

Sangat penting untuk memastikan anak tidak dibiarkan sendiri di tempat publik, terutama area terbuka seperti taman, lapangan bermain atau mal. Pastikan selalu ada orang dewasa yang mengawasi.

Dalam kasus Bilqis, orang tua sedang bermain tenis dan anak bermain di taman terpisah sehingga ruang pengawasan terbatas.

2. Ajari anak hal-dasar tentang keselamatan

Anak harus sudah mulai diajarkan mengenai cara melindungi diri. Meski dari kecil sekalipun. Berikut penjelasannya.

  • Ajari anak untuk tidak pergi bersama orang asing meskipun orang itu berbicara ramah atau menawarkan sesuatu.

  • Beritahu anak bahwa jika ada orang yang “minta tolong” atau “membantu” tapi rasanya tidak aman, anak berhak untuk berkata tidak dan segera mencari orang dewasa yang dipercaya.

  • Berlatih skenario sederhana bersama anak, misal “apa yang harus saya lakukan jika saya ditinggal sendiri” atau “siapa yang boleh saya hubungi jika merasa takut”.

3. Buat kode rahasia keluarga

Sebaiknya setiap keluarga punya kata sandi atau kode rahasia yang hanya diketahui anak dan orang tua/pengasuh. Jika seseorang mengaku diutus untuk menjemput anak, mintalah kata rahasia itu dulu sebelum anak pergi bersama orang lain.

4. Gunakan teknologi sebagai pendukung

  • Pasang CCTV atau kamera di area rumah dan lingkungan sekitar, jika memungkinkan.

  • Gunakan aplikasi pemantauan lokasi (jika sesuai usia dan situasi) untuk anak yang lebih besar atau sudah mulai beraktivitas sendiri.

  • Ajari anak untuk tidak menyetujui pertemuan dengan orang yang dikenalnya hanya lewat internet tanpa izin orang tua. Karena modus penculikan sering menggunakan media sosial atau aplikasi penghubung.

5. Kenali lingkungan dan tetangga

Kejadian potensi penculikan bisa terjadi bukan hanya di jalan besar, tetapi juga dalam lingkungan yang seharusnya “aman”.

Tetangga dan lingkungan yang saling mengenal bisa menjadi sistem pengawasan tambahan. Ajari anak untuk segera menghubungi orang tua atau tetangga yang dipercayai ketika merasa cemas atau melihat hal mencurigakan.

6. Tetap tenang dan ajarkan anak untuk meminta tolong

Jika anak merasa terpisah dari orang tua atau merasa diikuti, latih anak untuk mencari tempat aman—seperti toko, satpam, atau pos keamanan—dan segera teriak minta tolong.

Orang tua juga harus mengajarkan anak agar tidak panik, karena panik justru bisa membuat anak lebih rentan.

7. Libatkan sekolah atau tempat pengasuhan

Koordinasikan dengan guru, pengasuh atau pihak sekolah agar anak dibekali materi edukasi tentang keselamatan diri serta ada prosedur jelas jika anak hilang atau terpisah. Lembaga pengasuhan yang aktif akan meningkatkan keamanan anak di luar rumah.

Kasus Bilqis memberi gambaran tragis bagaimana penculikan anak bisa terjadi dalam hitungan hari dan melibatkan jaringan besar lintas provinsi. Namun, dengan langkah-langkah pencegahan di atas, kita bisa memperkuat perlindungan anak dalam kehidupan sehari-hari. (may)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *