Alun-alun Lumajang dari Masa Kerajaan hingga Terkini

0
Alun-alun Lumajang dari Masa Kerajaan hingga Terkini

Alun-alun Lumajang. Foto: Info Publik

Lumajang (mediacenterlumajang.com) – Alun-alun Lumajang adalah pusat kegiatan sosial, budaya, dan pemerintahan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sebagai salah satu tempat yang ikonik bagi masyarakat setempat, alun-alun ini memiliki cerita sejarah yang menarik dan kaya akan makna.

Memahami sejarah Alun-alun Lumajang bukan hanya sekadar mengenal sebuah tempat, tetapi juga mengeksplorasi jejak perjalanan masyarakat Lumajang dari masa ke masa.

Akar Sejarah: Dari Lamajang hingga Mataram Islam

Keberadaan Alun-alun Lumajang terkait erat dengan Kerajaan Lamajang, yang disebut dalam Prasasti Mula Malurung (1255 M) sebagai wilayah bawahan Majapahit di bawah pemerintahan Nararya Kirana.

Pola tata kota alun-alun sendiri mengadopsi model Mataram Islam abad ke-17 yang diperkenalkan Sultan Agung. Konsep ini memadukan tradisi Jawa dengan nilai Islam, dengan bentuk persegi, masjid di sisi barat, dan pohon beringin sebagai simbol kosmologi.

Kilas Balik Alun-alun Lumajang Era Kolonial

Ketika Belanda menguasai Jawa Timur, fungsi alun-alun Lumajang mulai mengalami perubahan. Pemerintah kolonial membangun struktur fisik yang lebih modern, seperti jalan beraspal dan taman tertata.

Pada abad ke-19 saat Lumajang menjadi afdeeling di bawah Kabupaten Probolinggo. R.M. Singowiguno, patih Lumajang (1890-1920), menanam pohon beringin pertama di tengah lapangan sebagai penanda pusat kekuasaa

Kemudian dibangun pendopo kabupaten bergaya Eropa di sisi barat alun-alun, yang menjadi simbol kekuasaan Belanda.

Di masa ini, alun-alun juga digunakan sebagai tempat upacara resmi kolonial dan parade militer. Namun, masyarakat tetap mempertahankan tradisi, seperti pasar malam dan pertunjukan wayang kulit. Keberadaan pohon beringin kembar (waringin kurung) di tengah alun-alun menjadi ciri khas yang dipertahankan hingga kini, melambangkan persatuan rakyat.

Baca juga: Wisata Lumajang yang Lagi Viral di 2025, Yuk Liburan ke Sana!

Pasca-Kemerdekaan hingga Modernisasi

Setelah Indonesia merdeka, Alun-alun Lumajang bertransformasi menjadi ruang publik yang inklusif. Pada 1950-an, pemerintah setempat menambahkan fasilitas seperti taman bermain, lampu hias, dan lapangan olahraga. Alun-alun menjadi tempat favorit untuk car free day, pentas seni, hingga kampanye politik.

Di era 2000-an, revitalisasi dilakukan untuk meningkatkan estetika dan kenyamanan. Dibangun air mancur, jogging track, serta spot bermain anak.

Warisan Alun-alun Lumajang mencerminkan resilensi budaya: dari pusat kekuasaan kerajaan, simbol kolonial, hingga ruang publik inklusif. Keberadaannya tetap relevan sebagai living monument yang menyatukan sejarah, ekologi, dan ekonomi kreatif masyarakat Lumajang. (may)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *