Bupati Lumajang: 32.331 Hektare Sawah Teknis Harus Dilindungi, Tidak Boleh Dialihkan

Lumajang (mediacenterlumajang.com) — Bupati Lumajang, Indah Amperawati, menegaskan komitmennya untuk menjaga ketahanan pangan daerah melalui perlindungan ketat terhadap lahan sawah teknis. Ia menyoroti potensi kehilangan lahan yang terjadi dalam data terakhir yang sedang diselidiki.
Dalam keterangannya, Bunda Indah mengungkap adanya dugaan pengurangan luas sawah teknis berdasarkan data terbaru yang tengah diselidiki.
“Yang harus saya lindungi itu sawah teknis, seluas 32.331 hektare itu sama sekali tidak boleh dialihkan. Dan ini ada angka yang saya temukan, ini masih saya selidiki yang 30.000. Ada kehilangan (dugaan, red) 2.000 hektare,” tegasnya.
Ia menambahkan, jika benar terjadi pengalihan fungsi tanpa dasar yang sah, maka hal tersebut mengindikasikan adanya ketidaksesuaian dalam penerbitan rekomendasi peralihan fungsi.
“Saya minta apakah ini salah tulis atau tidak. Kalau hilang berarti ada rekom yang tidak amanah ketika dia mengeluarkan untuk alih fungsi. 2.000 hektare bagi saya tidak kecil dan itu harus saya kembalikan. Ini harus kami cek dulu, kalau iya berarti di tata ruang harus direvisi,”lanjutnya.
Menurut Bupati Indah, menjaga lahan bukan hanya soal angka, tetapi soal keberlanjutan produksi pangan. Ia juga berharap ke depan bisa dilakukan cetak sawah baru agar luas lahan pertanian terus bertambah.
“Jadi yang pertama adalah perlindungan sawah seluas 32.331 hektare dan syukur-syukur ada cetak sawah baru,” ujarnya.
Prioritaskan Perbaikan Bendungan yang Rusak
Lebih lanjut, Bunda Indah juga menyoroti rusaknya infrastruktur pengairan yang berdampak langsung pada produktivitas pertanian. Tercatat sekitar 14 bendungan mengalami kerusakan akibat bencana, yang menyebabkan berkurangnya luasan tanam akibat kekeringan.
“Soal bagaimana cara selain mempertahankan luasan sawah, luasan tanam, itu soal banyaknya hampir 14 bendungan kita itu rusak karena bencana. Dan ini kita ketemu dengan Menteri PU, saya laporkan bahwa yang saya prioritaskan adalah 3 dam di Kecamatan Tempeh dan Pasirian,” katanya.
Tiga bendungan tersebut diketahui rusak sejak tahun 2021, dan kini memasuki tahun keempat belum dipulihkan.
“Yang itu mengairi lebih dari 2.000 hektare sawah. Saya laporkan itu kepada Pak Menteri, bahwa ini salah satunya yang menunjang ketahanan pangan kita. Oleh karena itu karena biayanya besar, insya Allah akan disurvei untuk dibantu kementerian,” ungkapnya.
Bunda Indah menekankan pentingnya percepatan perbaikan karena kondisi lahan yang tidak terairi selama bertahun-tahun berisiko sulit untuk dipulihkan secara optimal.
“Karena dia berdampak pada ketahanan pangan. Jadi tahun 2021, 3 dam yang tadi saya sebutkan, itu berarti sudah 4 tahun. Artinya 4 tahun itu kalau prediksi pertanian lebih dari tahun tidak terairi dan kering, maka akan susah pemulihan lahannya nanti, maka segera dipulihkan,” ujarnya.
Lumajang Menuju Lumbung Pangan Lagi
Sepanjang tahun 2024, Lumajang mencatat produksi 440 ribu ton gabah dengan luas panen 73 ribu hektare. Bunda Indah bertekad membawa Lumajang kembali ke era kejayaan sebagai lumbung pangan nasional.
“Jadi tahun kemarin kalau kemarin 440k ton gabah di 2024, dengan luasan panen 73k hektare. Pokoknya kita akan terus berupaya mengembalikan kejayaan pangan ketika zamannya Pak Harto sebagai lumbung pangan nasional,” tandasnya. (may)